Senin, 27 Oktober 2008
KOTO ANAU
Nagari Koto Anau Solok, Sumber Daya Air Belum Tergarap
Nagari Koto Anau yang terletak di Kecamatan Lembang Jaya Kabupaten
Solok ini memiliki potensi yang besar di sektor perikanan darat.
Namun sayangnya potensi yang dimiliki oleh nagari yang terkenal
sebagai penghasil cengkeh diera tahun 50-an itu sepertinya belum
disadari masyarakatnya. Dengan aliran sungai kecil bak ula lidih
mambalik nagari koto basaga ini,
dapat dikatakan tidak ada pekarangan rumah masyarakatnya yang tidak
dialiri air melalui bandar-bandar kecil. Selama itu pula nagari ini
belum pernah mengalami kekurangan air apalagi sampai kekeringan di
saat musim kemarau. Namun aliran air melalui bandar yang terdapat di
rumah masyarakat tersebut masih dibiarkan mengalir, tanpa dapat
memberikan manfaat lebih kepada
masyarakatnya.
Siapa yang mengira potensi air di pekarangan rumah masyarakat Apa kendalanya, sehingga masyarakat Koto Anau belum melirik potensi Semestinya aliran air di nagari tesebut diatur dengan membangun pintu Belum ada yang menjalaskan secara pasti dari mana, mengapa atau Mungkin memang kondisi udara yang cukup dingin disekitar timbulun ini
tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbudidaya ikan? Sampai sekarang
sepertinya tidak banyak masyarakat yang memanfaatkan potensi
tersebut. Memang sebagian masyarakat nagari Koto Anau ini ada yang
membuat kolam ikan dipekarangan rumahnya, namun itu baru sebatas
memelihara ikan sebagai hiasan saja dan belum mengarah kepada bisnis.
Kalau boleh melirik daerah sentral penghasil ikan seperti nagari
Koto Sani di Kecamatan X Koto Singkarak, Koto Anau sebetulnya lebih
berpotensi. Selain aliran yang berlimpah dan tidak pernah kering,
untuk memasarkan hasil budidaya ikan tersebut tergolong dekat dengan
Pasar Solok yang hanya berjarak sekitar 12 KM.
yang ada dinagari itu sebenarnya dapat menghasilkan uang. Menurut
Walinagari Irsal Dt Rajo Labiah mungkin perlu pembinaan, karena
belum ada masyarakat yang mencoba berbudidaya ikan dengan membuat
kolam di pekarangan rumahnya, sebetulnya sudah ada warganya yang
memanfaatkan potensi itu. Namun diakuinya usaha tersebut memang belum
menampakan hasil, karena usaha tersebut hanya sekedar untuk memenuhi
kebutuhan lauk-pauk keluarganya atau sebagai "panenan" saja. Kalau
dilihat dari puncak nagari, aliran dari Kapalo Banda memang belum
tertata dengan baik. Sehingga pengentrolan aliran air sulir dilakukan.
air yang sederhana di setiap persimpangan, sehingga aliran air dapat
dikontrol sesuai dengan kebutuhan. Sebut saja kalau di suatu jorong
di nagari tersebut warganya memperbaiki bandar, yang terjadi aliran
air diseluruh nagari terpaksa dimatikan. Namun hingga kini potensi di
sektor wisata tersebut juga belum tergarap sehingga dapat
menghasilkan nilai tambah terhadap masyarakat dan nagari itu sendiri.
Di nagari yang cukup kental dengan adat istiadatnya ini juga terdapat
aliran Batang Lembang yang bermuara ke danau Singkarak. Bahkan aliran
Batang Lembang di nagari ini lebih dikenal dengan sebutan Timbulun
oleh masyarakat. Dialiran Batang Lembang ini dikenal oleh masyarakat
setempat dengan sebutan tujuh Timbulun yang masing-masingnya juga
memiliki nama.
kenapa nama-nama tersebut diberikan untuk membedakan timbulun itu,
namun secara turun temurun masyarakat sudah mengenal nama-nama
timbulun tersebut. Sebut saja Timbulun Kudo. Entah dari mana asal
pemberian nama tersebut hingga kini masih sebatas cerita saja.
Timbulun Kudo ini merupakan aliran Batang Lembang paling hulu di
nagari tersebut. Di bawahnya diberinama Timbulun Kucing. Entah
menyerupai binatang kucing atau ada sejarah lain yang terjadi disana,
sekali lagi belum ada yang dapat menjelaskannya. Dibawah Timbulun
Kucing tersebut masyarakat nagari Koto Anau menyebutnya dengan
Timbulun Pisang serta selanjutnya dikenal oleh masyarakat sebagai
Timbulun Dingin.
sehingga masyarakat mengenalnya dengan Timbulun Dingi. Aliran Batang
Lembang seterusnya dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Timbulun
Cupak. Dan selanjutnya Timbulun Gisa dan Timbulun Paranangan.
Disepanjang aliran Batang Lembang ini juga terdapat dua air terjun
dengan ketinggian lebih dari 10 meter. Dan air terjun ini terdapat di
Timbulun Pisang dan Timbulun Gisa yang sering dijadikan sebagai
tempat berenang dan memancing oleh masyarakat. (viko)(pos
metro padang )
Minggu, 26 Oktober 2008
Lokasi Balimau yang Bisa Sembuhkan Penyakit
Pemandian Aie Angek Koto Anau.
Jelang bulan puasa, tempat-tempat pemandian di daerah Kabupaten Solok
selalu menjadi langganan masyarakat yang hendak balimau yang sudah
menjadi tradisi turun temurun.
Sebagian masyarakat menilai, selain bernilai sunah, tradisi balimau
dengan mandi di tempat-tempat pemandian seperti halnya danau,
pancuran air panas atau kali juga dijadikan ajang bercengkerama
sesama teman dan kerabat.
Di Kabupaten Solok, selain Danau Singkarak, yang juga dijadikan
lokasi balimau oleh masyarakat pancuran air panas yang terdapat di
Jorong Aie Angek, Nagari Koto Anau, Kecamatan Lembang Jaya.
Selain cocok untuk bersantai dengan menikmati pemandangan alam dari
ketinggian, pancuran dengan air panas yang mengandung belerang ini
juga diyakini masyarakat dapat menyembuhkan berbagai penyakit,
terutama penyakit kulit.
Biasanya, masyarakat sudah mulai datang ke lokasi pancuran air panas
yang bersumber dari Gunung Talang itu siang hari, sehari menjelang
masuknya bulan puasa. Sambil menunggu hawa dingin datang di kala sore
hari, masyarakat lebih memilih duduk-duduk di pinggir jalan tidak
jauh dari lokasi pemandian air panas sambil menikmati keindahan alam
sekitarnya.
Ketika mentari mulai turun dari peraduannya, tanpa dikomando satu
persatu di antara mereka menceburkan diri di bawah pancuran air panas
yang mengalir. Bahkan suasana balimau di pemandian air panas yang
hanya ditutupi seng bekas itu berlangsung hingga malam karena terasa
lebih nikmat.
Meski setiap tahunnya menjelang bulan puasa lokasi pemandian air
panas di Nagari Koto Anau ini sudah menjadi langganan masyarakat yang
tidak jarang datang dari luar daerah, namun lokasi pemandian aie
panas tersebut masih jauh dari kesan pengembangan.
Walaupun hanya ditutupi dengan seng bekas serta pancuran dari batang
kelapa, namun animo masyarakat untuk mandi ke pancuran sederhana itu
tidak pernah surut dari tahun ke tahun. (eri viko) Padang today 30-08-2008